Penelitian baru dari Joel E. Cohen di Norwegia menemukan bahwa, perempuan dengan pendidikan tinggi memiliki anak lebih sedikit dan perempuan yang memiliki pendidikan tinggi juga terhambat pada kesuburannya. Temuan yang mengejutkan ini dilaporkan secara online minggu ini dalam Prosiding National Academy of Sciences.
Di hampir setiap negara, perempuan yang memiliki pendidikan tinggi akan terhambat dalam melahirkan anak dan mempunyai anak lebih sedikit dibandingkan yang tidak berpendidikan tinggi. Cohen mengatakan, "Hasil ini menunjukkan bahwa perempuan dengan gelar pendidikan yang tinggi memiliki kesuburan lebih rendah dari rata-rata. Berbeda dengan perempuan yang memiliki anak diusia dini memiliki kemungkinan tidak berpendidikan tinggi.”
Selain itu, banyak perempuan yang ditemui berpendapat, bahwa melahirkan anak dini akan mengganggu pendidikan nantinya, dan hampir perempuan yang berpendidikan tinggi memiliki pikiran yang sama dalam hal ini. Penelitian ini bisa dijadikan ide yang baik untuk menciptakan kesadaran tentang konsekuensi yang akan diambil, jika memilih melahirkan di usia dini berdampak tidak meneruskan pendidikan atau memilih pendidikan tinggi namun akan mengganggu kesuburan.
“Kami menemukan bahwa perempuan sekitar 40 tahun dengan pendidikan yang lebih tinggi melahirkan anak lebih sedikit, dikarenakan pendidikan tinggi mengurangi kesuburan. Namun, kami juga menemukan hal sebaliknya, perempuan yang memiliki anak diusia dini, tidak akan meneruskan pendidikannya ke perguruan tinggi.” Ujar Cohen.
Cohen menambahkan, bahwa pendidikan tinggi dapat mengurangi kesuburan dilihat dari segi umur. Perlu adanya kebijakan untuk mengimbangi efek melahirkan anak usia dini yang berdampak pada pendidikan, misalnya, biaya perawatan anak yang sangat mahal. Dimana jika tidak memiliki pendidikan tinggi, tidak dapat bekerja karena tidak ada keahlian. Sedangkan bekerja adalalah salah satu pemenuhan perawatan anak nantinya. Serta jika melahirkan diusia dini tidak fokusnya terhadap pendidikan yang diambilnya. Penelitian ini juga dianjurkan untuk terus dilakukan dinegara-negara berkembang.